A.
Manusia
a.
Pengertian
Manusia
1.
Pengertian manusia secara
umum
Manusia adalah makhluk utama
dalam dunia alami, mempunyai esensi uniknya sendiri, dan sebagai suatu
penciptaan atau sebagai suatu gejala yang bersifat istimewa dan mulia. Ia
memiliki kemauan, ikut campur dalam alam yang independen, memiliki kekuatan
untuk memilih dan mempunyai andil dalam menciptakan gaya hidup melawan
kehidupan alami. Kekuatan ini memberinya suatu keterlibatan dan tanggung jawab
yang tidak akan punya arti kalau tidak dinyatakan dengan mengacu pada sistem
nilai.
2.
Pengertian
manusia secara Islami
Manusia
adalah makhluk paling sempurna yang pernah diciptakan oleh Allah SWT.
Kesempurnaan yang dimiliki manusia merupakan suatu konsekuensi fungsi dan tugas
mereka sebagai khalifah di muka dumi ini. Al-Quran menerangkan bahwa manusia
berasal dari tanah.
Para
penganut teori psikoanalisis menyebut manusia sebagai homo volens (makhluk
berkeinginan). Menurut aliran ini, manusia adalah makhluk yang memiliki
perilaku interaksi antara komponen biologis (id), psikologis (ego), dan social
(superego). Di dalam diri manusia tedapat unsur animal (hewani), rasional
(akali), dan moral (nilai).
Dalam
al-quran istilah manusia ditemukan 3 kosa kata yang berbeda dengan makna
manusia, akan tetapi memilki substansi yang berbeda yaitu kata basyar, insan
dan al-nas.
Kata basyar
dalam al-quran disebutkan 37 kali salah satunya al-kahfi : innama anaa basyarun mitlukum (sesungguhnya aku ini hanya seorang
manusia seperti kamu). Kata basyar selalu dihubungkan pada sifat-sifat
biologis, seperti asalnya dari tanah liat, atau lempung kering (al-hijr : 33 ;
al-ruum : 20), manusia makan dan minum (al-mu’minuum : 33).
Kata insan
disebutkan dalam al-quran sebanyak 65 kali, diantaranya (al-alaq : 5), yaitu allamal insaana maa lam ya’ (dia
mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya). Konsep islam selalu
dihubungkan pada sifat psikologis atau spiritual manusia sebagai makhluk yang
berpikir, diberi ilmu, dan memikul amanah (al-ahzar : 72). Insan adalah makhluk
yang menjadi (becoming) dan terus bergerak maju ke arah kesempurnaan.
Kata al-nas
disebut sebanyak 240 kali, seperti al-zumar : 27 walakad dlarabna linnaasi fii haadzal quraani min kulli matsal
(sesungguhnya telah kami buatkan bagi manusia dalam al-quran ini setiap macam
perumpamaan). Konsep al-nas menunjuk pada semua manusia sebagai makhluk social
atau secara kolektif.
Dengan
demikian Al-Quran memandang manusia sebagai makhluk biologis, psikologis, dan
social. Manusia sebagai basyar, diartikan sebagai makhluk social yang tidak
biasa hidup tanpa bantuan orang lain dan atau makhluk lain.
b.
Fitrah
Manusia
Fitrah adalah bahasa arab, yang arti asalnya adalah
“menciptakan”. Dalam kamus Lisanul Arab, Ibnu
Mandzhur menulis salah satu makna ‘fitrah’ dengan arti (Al-Ibtida wal ikhtiro /
memulai dan mencipta). Sehingga dapat ditarik pengertian bahwa FITRAH adalah
penciptaan awal atau asal kejadian. FITRAH adalah kondisi "default factory
setting", suatu kondisi awal sesuai desain pabrik.
Karena fitrahnya manusia adalah mengabdi (ibadah)
kepada Allah SWT, maka manusia dengan struktur jasmani dan rohaninya pasti bisa
dipakai untuk mengabdi (ibadah) kepada Allah. Rohani dan jasmani manusia pasti
cocok dan pas dipakai untuk beribadah.
Sebaliknya jika dipakai maksiat (membangkang) kepada Allah pasti tidak nyaman,
dan dipastikan pasti bakal cepat rusak dan celaka. Sungguh kecelakaan manusia
adalah karena penyimpangan dari “FITRAHNYA”.
1.
Fitrah
yang telah diberikan oleh Allah SWT adalah sebagai berikut:
Kepandaian/kepintaran.
Kepandaian/kepintaran.
2.
Kesempurnaan
(QS 15:29)“Maka apabila AKU telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah
meniupkan kedalamnya RUH (ciptaan) KU…”
3.
Kemuliaan
4.
Kesucian
Hal tersebut
merupakan modal utama manusia hidup pada 5 alam. Yaitu:
1.
Alam Amr (Alam Ruh) Karena Alloh SWT telah
memberikan Fitrah kepada mereka yg masih berbentuk Ruh, maka dengan serentak
mereka bersaksi : …Betul (Engkau Tuhan Kami). Kami bersaksi… (QS 7:172)..
2.
Alam
Rahim (Alam Kandungan) (QS An Nahl 16:78) “Dan Alloh mengeluarkan kamu dari
perut Ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Alloh memberi kamu
pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur”.
3.
Alam
Dunia.
4.
Alam
Barzah (Alam Kubur)
5.
Alam
Ma’syar (Alam Akhirat/Penilaian)
B. Alam
Semesta
a.
Pengertian
Alam Semesta
Alam semesta atau jagad raya
dapat diartikan sebagai suatu ruangan yang maha besar, di mana di dalamnya
terjadi segala peristiwa alam yang dapat diungkapkan manusia maupun yang belum
dapat diungkapkan manusia. alam semesta merupakan kumpulan materi berukuran tak
hingga yang telah ada sejak dulu kala dan akan terus ada selamanya.
b.
Penciptaan
Alam Semesta
1.
Menurut
Teori Big Bang
Alam semesta telah diciptakan sekitar 15 miliar tahun yang lalu. Tidak
seorangpun tahu kenapa, mengapa, dan bagaimana alam semesta ini terbentuk. Akan
tetapi, dari beberapa penelitian yang memakan waktu yang lama, bermunculanlah
berbagai teori penciptaan alam semesta. Pada abad ke 19, banyak orang
mempercayai teori alam semesta yang tetap. Teori ini mengatakan bahwa alam
semesta tidak memiliki permulaan, dengan kata lain alam semesta ini telah ada
sejak dahulu kala dan tidak berubah (statis). Teori ini muncul dari kalangan
materialis yang tidak percaya tentang penciptaan.
Kemudian, pada abad 20 muncul suatu teori baru tentang penciptaan alam
semesta, yaitu teori Big Bang. Teori ini mengatakan bahwa alam semesta memiliki
permulaan. Pada teori ini, dikatakan bahwa alam semesta terbentuk karena sebuah
ledakan besar yang disebut Big Bang. Teori Big Bang merupakan kebalikan dari
teori alam semesta yang tetap. Teori Big bang menyatakan bahwa alam semesta
terbentuk oleh suatu ledakan besar. Pernyataan ini mengindikasikan bahwa
terdapat permulaan pada alam semesta. Banyak orang yang menganut paham
materialis yang tidak percaya dan menyanggah teori ini.
Akan tetapi, tidak lama setelah teori ini muncul, banyak bukti -bukti yang
ditemukan membenarkan teori ini seperti ditemukannya sisa-sisa gema radiasi
dentuman dari ledakan tersebut. Sungguh menakjubkan karena sisa-sisa gema
dentuman tersebut masih ada meskipun proses-proses pendinginan dari dentuman
besar tersebut telah berlangsung selama 15 miliar tahun. Sisa-sisa radiasi gema
tersebut dapat ditemukan pada suhu 5 kelvin. Kemudian teori Big Bang pun
diterima oleh berbagai kalangan di seluruh dunia.
2. Menurut Al Quran
Menurut pandangan Al Quran, penciptaan alam semesta dapat dilihat pada
surat Al Anbiya ayat 30.
“Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui
bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, Kemudian
kami pisahkan antara keduanya. dan dari air kami jadikan segala sesuatu yang
hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?”
Menurut ayat di atas dikatakan bahwa langit dan bumi dahulunya merupakan
satu kesatuan yang padu.
Selanjutnya Allah swt katakan menciptakan langit dari asap, sebelum
Allah swt hidupkan dengan menurunkan air dari langit, pada mulanya adalah
sebuah bola api yang sangat panas. Ilmu pengetahuanpun mengakui hal tersebut.
Tetapi tanpa perlu pembuktian, kita tahu bahwa perut bumi masih mengandung
lumpur dan lahar yang sangat panas sampai saat ini. Sebuah benda yang panas,
seperti sebatang besi yang membara misalnya, apabila disiram air akan
menyebabkan munculnya asap dan uap air. Demikian juga dengan bola panas bumi
pada waktu air diturunkan maka dia mengeluarkan asap dan uap air. Apa bedanya
asap dengan uap air ? Asap bersifat adhesive (mengikat) sedangkan uap bersifat
kohesip (tidak mengikat). Asap dari bumi inilah yang kemudian Allah swt
ciptakan menjadi langit yang tujuh lapis. Kemudian dalam tempurung langit yang
pertama Allah ciptakan bintang-bintang. Darimana Allah swt ciptakan
bintang-bintang. Wallahu a’lam, tidak ada penjelasan dalam Al Qur’an. Allah swt
Kuasa menciptakan segala sesuatunya dari yang tiada menjadi ada.
3.
Karakteristik Integral Alam Semesta
Realitas yang dapat ditangkap oleh manusia melalui
inderanya dan yang kita sebut dunia, memiliki sifat-sifat khas integral berikut
ini:
-
Terbatas, Yaitu segala yang dapat
ditangkap oleh indera, dari partikel yang paling kecil sampai bintang yang
paling besar, ruang dan waktunya terbatas.
-
Berubah, yaitu segala sesuatu
berubah dan tidak tahan lama.
-
Ditentukan
-
Bergantung
-
Relatf
4. Tujuan
Penciptaan Alam Semesta
Pada
hakekatnya segala sesuatu yang tercipta, benda hidup maupun mati, nyata ataupun
tidak, semuanya adalah milik Allah semata yang pada akhirnya semuanya akan
kembali kepada-Nya. Baik secara suka atau terpaksa, segala alam yang ada itu
menjadi tunduk dan patuh pada hukum dan ketetapan Allah.
Hanya karena
sifat kasih dan sayang dari Allah maka manusia yangi ciptakan adalah diberi
tugas sebagai kholifah di bumi ini bertugas untuk megelola, membudayakan,
memanfaatkan dan melestarikan alam. Tugas tersebut diberikan kepada manusia
karena Allah menciptakn manusia sebagai makhluk yang terbaik, seperti yang disebutkan
dalam surat At Tiin ayat 4. Manusia di dalam kehidupannya di dunia dibekali
oleh Allah dengan potensi dasar. Potensi dasar itu dapat nampak dan dilihat
dalam jiwa, raga, tubuh, dan ruh.
Dari potensi
dasar manusia yang berupa akal yang bisa melahirkan daya berfikir dan daya
nalar, akhirnya manusia dapat menundukkan, menguasai, dan memanfaatkan alam.
Dengan akal itu pula manusia dapat mengamati, meneliti, menganalisis
gejala-gejala alam yang timbul, dan menguasai rahasia-rahasianya. Sehingga pada
puncak penelitian dan penemuannya itu, akan wujud dan keagungan Allah sebagai
penciptanya.
Dengan
demikian, tujuan alam diciptakan adalah bukan untuk dirusak, dicemari, dan
dihancurkan. Akan tetapi adalah untuk difungsikan semaksimal mungkin dalam
kehidupan. Tujuan alam diciptakan juga bukan untuk disembah, dikultuskan,
dan dimintai pertolongan. Akan tetapi adalah untuk dikelola, dibudidayakan, dan
dimanfaatkan dalam kehidupan. Pada akhirnya alam diciptakan hanya sebagai
fasilitas semata bagi manusia untuk mengenal dan lebih mendekatkan diri pada
Allah.
5.
Mekanisme Alam Semesta (Sunnatullah)
Mekanisme
alam atau sunnatullah adalah suatu ketentuan yang telah ditetapkan Allah demi
keteraturan, keserasian, dan keharmonisan alam jagat raya ini serta
kesejahteraan manusia yang hidup di dunia ini. Atau dengan kata lain,
sunnatullah dapat diartikan sebagai hukum-hukum Allah yang berlaku di alam raya
ini atau biasa disebut sebagai hukum alam. Hukum-hukum Allah diantaranya ada
hukum yang berkaitan dengan alam raya dan ada pula hukum yang berkaitan dengan
manusia. Kalau hukum Allah yang berlaku bagi manusia dalam kehidupan
bermasyarakat, disebut sunnatullah, kalau hukum yang berlaku antara manusia
dengan alam disebut dengan takdir.
C. Hubungan
Manusia Dengan Alam Semesta
a. Hubungan
Historis
Asal usul manusia dikaitkan dengan
keberadaan alam semesta ini dilandaskan pada adanya persamaan bentuk morfologis
dan fisiologis (dan alasan yang bersifat ideologis). Pada abad ke 19 muncul
suatu pemahaman asal usul manusia yang dikaitkan dengan primata. Penciptaan
manusia pada awal kehidupan dari
Ramapithecus-oseopithecus-Australopithecus-Pitecanthropus
Erectus-Neandertal-Homo Sapien yang kini dikenal sebagai manusia modern seperti
sekarang ini. Dari evolusi awal terciptanya manusia yang rumit inilah ada
hubungan historis/sejarah antara manusia dan alam semesta.
Kerumitan yang ada pada persoalan
asal usul manusia hampir sama dengan kerumitan asal usul alam semesta. Apalagi
jika dihubungkan bahwa evolusi manusia dahulu sampai sekarang sesungguhnya
menyangkut perubahan gejala-gejala jagat raya/alam meliputi tingkah laku,
unsur, atom, dan elemen. Dari hal itulah terdapat hubungan historis antara
manusia dan alam semesta.
b.
Hubungan
Fungsional
Proses penciptaan manusia adalah
integral dari alam semesta. Dalam sisitem kosmos, manusia dan alam semesta
merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan. Karena memiliki keunggulan dalam
system kesadaran, maka alam semesta menjadi obyek yang penting dalam kehidupan
manusia. Seiring dengan kemajuan pengetahuan terhadap alam dan teknologi yang
diterapkannya, menempatkan alam semesta dalam posisi sebagai sumber kehidupan
yang tidak terbatas bagi manusia. Maka wajarlah jika semakin dalam pengetahuan
semakin terasa hubungan antara fungsi manusia dan fungsi alam.
Pada
intinya, alam dan manusia saling bergantung, alam menyediakan segala sesuatu
yang manusia butuhkan, dan alam membutuhkan manusia untuk menjaga
kelestariannya. Alam diciptakan oleh Allah sebagai objek untuk mengembangkan
potensi dan pengetahuan yang dimiliki manusia agar mereka bisa berkembang dan
memakmurkan alam, dan mengetahui tanda-tanda kebesaran penciptanya, yaitu Allah
SWT.
DAFTAR PUSTAKA
DEPAG RI. 2000. Buku
Teks Pendidikan Agama Islam pada Perguruan Tinggi Umum. Jakarta : PT Bulan
Bintang.
DEPAG RI. 2001. Pendidikan
Agama Islam Pada Perguruan Tinggi Umum. Jakarta : Direktorat Perguruan
Tinggi Agama Islam, DEPAG.
Endratno, Hemin. 2005. Diklat Ajar Studi Islam 3.
Endratno, Hemin. 2005. Diklat Ajar Studi Islam 3.